Hallo, Assalamualikum cantik.
Selamat membaca cerita perjalananlku. Cerita kali ini adalah tentang
perjalanan aku ke Malang, kota cantik yang ada di Jawa Timur. Siapa
yang nggak tau Malang? Coba unjuk jari kalian!! Aku yakin yang nggak tau Malang itu
hanya nol koma berapa persen gitu. Sebenarnya aku cuma mau main ke Malang, tapi berhubung tempat wisata yang paling banyak ada di Batu jadilah aku keliling Batu dan Malang. Sebelumnya, aku nggak ada rencana main keman-mana setelah dari Semarang. Kebetulan aku sedang pulang ke rumah mbah yang ada di
Jember, dan salah satu temen SMA aku bilang “Sejak kapan di Jember? Main-main ke
Malang dong, kan deket tuh. Cuma berapa jam doang kok”. Akhinya aku minta izin ke papa dan mama tentang rencana main tersebut.
Akumermberitahukan papa dan mama bukan dengan
niatan bakal di kasi duit, enggak sama sekali karena aku sudah punya duit
tabungan sendiri. Selama di Semarang aku belajar untuk tidak boros, jadi duit jajanku masih banyak. Karena sebelumnya tidak pernah pergi ke Malang, aku searching berapa harga tiket kereta. Buat teman-teman kalau hendak jalan-jalan, kalian
harus tau mau berangkat pakai transportasi apa. Misalnya naik kereta, kalian
harus cari tau kereta tujuan kota tersebut berangkat jam berapa. Jadwal
keberangkatan kereta dari Jember – Malang hanya ada di pagi hari saja, tidak
ada keberangkatan lagi setelah itu. Harga tiket hanya 70rb, kalian bisa
cek di traveloka.com atau tiket.com (kalau aku biasanya traveloka). Kesalahan
terbesarku adalah aku lupa mengecek tiket Malang – Jember, jangan di tiru ya
teman-teman.
Aku berangkat satu hari
sebelum puasa, ya ampun puasa-puasa kok malah main gini. Aku nggak mungkin
untuk mengundur keberangkatanku, karena pertengahan bulan aku harus balik ke
Semarang. Aku hanya pergi selama 3 hari,
cukup singkat untuk ukuran jalan-jalan. Aku berangkat naik bus dari rumah mbah
hanya dengan membayar 10rb, sesampai di stasiun Rambipuji – jember aku menunggu
beberapa menit sebelum kereta yang akan membawaku ke Malang berhenti. Butuh waktu
5 jam untuk bisa sampai ke Malang, rasanya memang seperti mimpi. Kota Malang
adalah kota kelahiran mama, mama sempat tinggal di Malang hingga akhirnya harus
pindah ke Bima – NTB.
Nggak kuliah di Malang bukan berarti aku nggak akan
menginjakkan kakiku ke Malang bukan? Okay, day 1 aku habiskan dengan berkumpul
bersama teman-teman SMA. Aku, Tiara, Akbar, Nanda, dan juga Pungky hanya duduk
sambil bersenda gurau mengingat kembali masa-masa SMA yang pernah kami habiskan
bersama. Kami mungkin berkumpul di kota rantauan tapi rasanya seperti di Kota sendiri. Day 2 kami berencana pergi ke Kota Batu, tentu saja dalam keadaan
sedang berpuasa. Bukankah menyenangkan? Sebut saja kami melakukan rutinitas
bulan puasa yang biasa disebut “ngabuburit”. For your information adalah Kota
Malang dan Kota Batu itu berbeda, Batu berpisah dari Malang dan membentuk Kota
sendiri. Kami pergi ke rumah pohon yang ada di kawasan Batu, begini nih hasil
jepretan bung Akbar mengabadikan momentku.
[Akbar - Aku - Nanda - Tiara]
Dari rumah pohon kami
melihat-lihat lokasi paralayang, kebetulan sekali masih dalam satu kawasan
dengan rumah pohon. Kalau saja hari itu hujan tidak turun, aku pastikan bahwa
aku menjadi salah satu orang yang akan mencoba paralayang. Karena waktu
menunjukkan sebentar lagi berbuka puasa, kami memutuskan berbuka di Alun-alun
Kota Batu. Suasana yang begitu ramai membuat kami kebingungan, mau makan apa
dan duduk dimana? And I felt so sad, ngerepotin banget datang di saat bulan
ramadhan. Ini dia foto yang berhasil bung Akbar abadikan ketika kami berada di
Alun-alun Batu.
Rasanya remuk sekali badanku tetapi
nggak berhenti disitu saja, aku dan Tiara mencari kos adik perempuanku yang merupakan anak dari
adiknya mama yang kebetulan kuliah di Unibraw Malang. Butuh kesabaran untuk
menemukan tempat itu, sempat nyasar beberapa kali tapi untungnya berhasil juga.
Tiara emang the best banget, dia jemput aku di stasiun, dia ngasi aku tempat
istrahat gratis, dia nganter aku jalan-jalan. I love her, emang dulu dia temen
dekat aku saat SMA dan kami duduk sebangku. And I proud of her, belum wisuda
tapi sudah bisa nyari duit sendiri dengan cara mengajar. Ini dia foto aku dan
Tiara, Tiara cantik bukan?
[Me - Tiara]
Malam itu sahur kedua kami,
rasanya kayak nggak puasa aja karena bangun pagi-pagi kemudian jalan-jalan, seperti
hari-hari biasa. Day 3 aku dan Tiara ke pasar Tiban, katanya disana murah-murah
dan aku berhasil bawa pulang sepasang sepatu yang super lucu. Keliling pasar
kemudian masuk ke matahari, masuk ke Ramayana, kesana kemari kayak orang yang
punya duit selangit hahaha. Jatuh hatilah daku ini dengan sepatu buatannya
Yongki Komaladi, yang niatannya Cuma lihat dan jalan-jalan berakhir dengan beli sepatu. Kebetulan yang tidak terduga-duga
lagi adalah Alun-alun Malang bersebelahan dengan pasar Tiban, jadilah kami
berdua jalan kaki untuk mengabadikan sebuah moment dengan maksud foto-foto.
Hari itu hari minggu dan sungguh pemandangan yang jelas di berikan adalah
gerombolan-gerombolan orang yang tentu saja sama seperti kami “berfoto”. Ini
dia foto ala-ala dari aku untuk kalian semua. Eitsss nanti saja ya, setelah
puas melihat Alun-alun Malang Tiara mengajak aku pergi ke kmpung warna-warni,
sialnya hari itu hujan turun lagi. Berteduh disana hingga keadaan memungkinkan dan
tak terasa waktu berbuka semakin dekat. Aku dan Tiara hanya sempat berfoto dari
luar saja, kami punya janji berbuka puasa dengan adik sepupuku. Kalau
makan-makan biasa ya tidak apa-apa jika terlamabat, tapi ini berbuka puasa. Ini potret ceriaku berada di Alun-alun
Malang dan kampung warna-warni yang ada di Jodipan.
[Me @Alun-alun Malang]
[Me @Taman Kota Malang]
[Me @Kampung Warna-Warni]
Yeayyyyyy finally ketemu sama sepupu cantik dan
ganteng, jarang-jarang ketemu mereka karena tinggal di kota yang berbeda. Kami
makan di sebuah tempat yang Alhamdulillah makanannya tidak mengecewakan, sesuai
harganya karena mahal untuk ukuran anak rantau. Belum kenyang saja rasanya
sehingga kami memutuskan pergi ke Citos, sebuah tempat perbelanjaan. Yang
terjadi adalah kami makan lagi, lagi dan lagi. Hari makan sedunia kayaknya ya. Itu
juga sekalian pamitan karena besok pagi aku harus pulang ke Jember, takut di
marah-marahi karena kemarin janjinya hanya 3 hari saja.
Aku pulang menggunakan bus dengan
biaya sedikit lebih murah daripada kereta yakni 60rb. Seperti kataku tadi, aku
lupa mencari tahu keberangkatan kereta dari Malang – Jember yang ternyata
berangkat sekitar pukul 15.30 WIB dan sampai Jember tengah malam, aku nggak mau
repot untuk mencari kendaraan di malam hari. Aku putuskan menggunakan bus,
biasanya juga pakai bus kok.. kan tumben naik kereta. Dan sampai disini saja
ceritaku, mana ceritamu? Sampai jumpa di cerita jalan-jalan berikutnya. See ya!
Salam cantik, Tania.