Senin, 21 Agustus 2017

Tania's Journey : Puasa-puasa ke Malang

Hallo, Assalamualikum cantik.

Selamat membaca cerita perjalananlku. Cerita kali ini adalah tentang perjalanan aku ke Malang, kota cantik yang ada di Jawa Timur. Siapa yang nggak tau  Malang? Coba unjuk jari kalian!! Aku yakin yang nggak tau Malang itu hanya nol koma berapa persen gitu. Sebenarnya aku cuma mau main ke Malang, tapi berhubung tempat wisata yang paling banyak ada di Batu jadilah aku keliling Batu dan Malang.  Sebelumnya, aku nggak ada rencana main keman-mana setelah dari Semarang. Kebetulan aku sedang pulang ke rumah mbah yang ada di Jember, dan salah satu temen SMA aku bilang “Sejak kapan di Jember? Main-main ke Malang dong, kan deket tuh. Cuma berapa jam doang kok”. Akhinya aku minta izin ke papa dan mama tentang rencana main tersebut.
Akumermberitahukan papa dan mama bukan dengan niatan bakal di kasi duit, enggak sama sekali karena aku sudah punya duit tabungan sendiri. Selama di Semarang aku belajar untuk tidak boros, jadi duit jajanku masih banyak. Karena sebelumnya tidak pernah pergi ke Malang, aku searching berapa harga tiket kereta. Buat teman-teman kalau hendak jalan-jalan, kalian harus tau mau berangkat pakai transportasi apa. Misalnya naik kereta, kalian harus cari tau kereta tujuan kota tersebut berangkat jam berapa. Jadwal keberangkatan kereta dari Jember – Malang hanya ada di pagi hari saja, tidak ada keberangkatan lagi setelah itu. Harga tiket hanya 70rb, kalian bisa cek di traveloka.com atau tiket.com (kalau aku biasanya traveloka). Kesalahan terbesarku adalah aku lupa mengecek tiket Malang – Jember, jangan di tiru ya teman-teman.
Aku berangkat satu hari sebelum puasa, ya ampun puasa-puasa kok malah main gini. Aku nggak mungkin untuk mengundur keberangkatanku, karena pertengahan bulan aku harus balik ke Semarang.  Aku hanya pergi selama 3 hari, cukup singkat untuk ukuran jalan-jalan. Aku berangkat naik bus dari rumah mbah hanya dengan membayar 10rb, sesampai di stasiun Rambipuji – jember aku menunggu beberapa menit sebelum kereta yang akan membawaku ke Malang berhenti. Butuh waktu 5 jam untuk bisa sampai ke Malang, rasanya memang seperti mimpi. Kota Malang adalah kota kelahiran mama, mama sempat tinggal di Malang hingga akhirnya harus pindah ke Bima – NTB. 
Nggak kuliah di Malang bukan berarti aku nggak akan menginjakkan kakiku ke Malang bukan? Okay, day 1 aku habiskan dengan berkumpul bersama teman-teman SMA. Aku, Tiara, Akbar, Nanda, dan juga Pungky hanya duduk sambil bersenda gurau mengingat kembali masa-masa SMA yang pernah kami habiskan bersama. Kami mungkin berkumpul di kota rantauan tapi rasanya seperti di Kota sendiri. Day 2 kami berencana pergi ke Kota Batu, tentu saja dalam keadaan sedang berpuasa. Bukankah menyenangkan? Sebut saja kami melakukan rutinitas bulan puasa yang biasa disebut “ngabuburit”. For your information adalah Kota Malang dan Kota Batu itu berbeda, Batu berpisah dari Malang dan membentuk Kota sendiri. Kami pergi ke rumah pohon yang ada di kawasan Batu, begini nih hasil jepretan bung Akbar mengabadikan momentku.


                                                            [Akbar - Aku - Nanda - Tiara]

Dari rumah pohon kami melihat-lihat lokasi paralayang, kebetulan sekali masih dalam satu kawasan dengan rumah pohon. Kalau saja hari itu hujan tidak turun, aku pastikan bahwa aku menjadi salah satu orang yang akan mencoba paralayang. Karena waktu menunjukkan sebentar lagi berbuka puasa, kami memutuskan berbuka di Alun-alun Kota Batu. Suasana yang begitu ramai membuat kami kebingungan, mau makan apa dan duduk dimana? And I felt so sad, ngerepotin banget datang di saat bulan ramadhan. Ini dia foto yang berhasil bung Akbar abadikan ketika kami berada di Alun-alun Batu.


Rasanya remuk sekali badanku tetapi nggak berhenti disitu saja, aku dan Tiara mencari kos adik perempuanku yang merupakan anak dari adiknya mama yang kebetulan kuliah di Unibraw Malang. Butuh kesabaran untuk menemukan tempat itu, sempat nyasar beberapa kali tapi untungnya berhasil juga. Tiara emang the best banget, dia jemput aku di stasiun, dia ngasi aku tempat istrahat gratis, dia nganter aku jalan-jalan. I love her, emang dulu dia temen dekat aku saat SMA dan kami duduk sebangku. And I proud of her, belum wisuda tapi sudah bisa nyari duit sendiri dengan cara mengajar. Ini dia foto aku dan Tiara, Tiara cantik bukan?

 [Me - Tiara]

Malam itu sahur kedua kami, rasanya kayak nggak puasa aja karena bangun pagi-pagi kemudian jalan-jalan, seperti hari-hari biasa. Day 3 aku dan Tiara ke pasar Tiban, katanya disana murah-murah dan aku berhasil bawa pulang sepasang sepatu yang super lucu. Keliling pasar kemudian masuk ke matahari, masuk ke Ramayana, kesana kemari kayak orang yang punya duit selangit hahaha. Jatuh hatilah daku ini dengan sepatu buatannya Yongki Komaladi, yang niatannya Cuma lihat dan jalan-jalan berakhir dengan beli sepatu. Kebetulan yang tidak terduga-duga lagi adalah Alun-alun Malang bersebelahan dengan pasar Tiban, jadilah kami berdua jalan kaki untuk mengabadikan sebuah moment dengan maksud foto-foto. 
Hari itu hari minggu dan sungguh pemandangan yang jelas di berikan adalah gerombolan-gerombolan orang yang tentu saja sama seperti kami “berfoto”. Ini dia foto ala-ala dari aku untuk kalian semua. Eitsss nanti saja ya, setelah puas melihat Alun-alun Malang Tiara mengajak aku pergi ke kmpung warna-warni, sialnya hari itu hujan turun lagi. Berteduh disana hingga keadaan memungkinkan dan tak terasa waktu berbuka semakin dekat. Aku dan Tiara hanya sempat berfoto dari luar saja, kami punya janji berbuka puasa dengan adik sepupuku. Kalau makan-makan biasa ya tidak apa-apa jika terlamabat, tapi ini berbuka puasa. Ini potret ceriaku berada di Alun-alun Malang dan kampung warna-warni yang ada di Jodipan. 

 [Me @Alun-alun Malang]

 [Me @Taman Kota Malang]

 [Me @Kampung Warna-Warni]

Yeayyyyyy finally ketemu sama sepupu cantik dan ganteng, jarang-jarang ketemu mereka karena tinggal di kota yang berbeda. Kami makan di sebuah tempat yang Alhamdulillah makanannya tidak mengecewakan, sesuai harganya karena mahal untuk ukuran anak rantau. Belum kenyang saja rasanya sehingga kami memutuskan pergi ke Citos, sebuah tempat perbelanjaan. Yang terjadi adalah kami makan lagi, lagi dan lagi. Hari makan sedunia kayaknya ya. Itu juga sekalian pamitan karena besok pagi aku harus pulang ke Jember, takut di marah-marahi karena kemarin janjinya hanya 3 hari saja. 

Aku pulang menggunakan bus dengan biaya sedikit lebih murah daripada kereta yakni 60rb. Seperti kataku tadi, aku lupa mencari tahu keberangkatan kereta dari Malang – Jember yang ternyata berangkat sekitar pukul 15.30 WIB dan sampai Jember tengah malam, aku nggak mau repot untuk mencari kendaraan di malam hari. Aku putuskan menggunakan bus, biasanya juga pakai bus kok.. kan tumben naik kereta. Dan sampai disini saja ceritaku, mana ceritamu? Sampai jumpa di cerita jalan-jalan berikutnya. See ya!

Salam cantik, Tania.