Selasa, 28 April 2015

Islamic Reminders



 Ya Rabb...
Jangan buat hatiku mati, ketika dosaku belum terampuni oleh-Mu.
Jangan buat mataku buta, ketika melihat orang lain tertimpa musibah.
Jangan buat telingaku tuli, ketika ibu dan bapak memanggilku untuk pulang menengoknya jika mereka sudah tua nanti.
Jangan buat kaki ku lumpuh, ketika aku sedang ingin berlama - lama dapat bersujud dan merintih dihadapan-Mu.
Aku Menangis karena rasa cinta pada-Mu.
Aku Menangis karena rasa takut kepada-Mu.
Dan Aku menangis karena berharap hanya kepada-Mu.
Karena tangisan berawal dari ilmu dan ketakwaan. Dan takwa tempatnya di hati.
Teguhkanlah hatiku ya Rabb... Untuk selalu mengingat-Mu dalam keadaan Susah maupun Senang.
Jangan buat aku terlena dengan nikmat dunia yang fana ini.
Berikan aku sedikit teguran melalui ujian dari-Mu. Dan hidupkan hatiku untuk dapat peka akan teguran-Mu yang KAU kirimkan melalui malaikat-Mu.
Al-Imam Fudhail bin 'Iyyadh rahimahullah berkata, "Menangis itu bukanlah dengan tangisan mata (saja). Akan tetapi dengan menangisnya hati. Sungguh, ada seseorang yang terkadang kedua matanya menangis sementara hatinya mengeras. Karena tangisan seorang munafik adalah dengan kepalanya bukan dengan hatinya."

Kamis, 16 April 2015

Suara Tuhan

Tidakkah kau sadari
Tangisan akibat kekejaman ada dimana-mana
Tubuh berlumur darah
Terlelap dibawah dinginnya malam
Beralaskan selembar koran
Di bawah sinar rembulan
Tak pernah lelah mencari sesuap demi sesuap nasi
Kala teriakan perut tak pernah berhenti mengaung

Suara tawa terdengar dari gedung tinggi nan bertingkat
Pakaian indah melekat di setiap tubuh mereka
Mereka sang perenggut penuh dosa
Menindas kaum yang penuh dengan ketidakberdayaan
Mereka rampas setiap senyuman
Mereka rampas setiap tawa

Pergerakan demi pergerakan dari para pejuang
Menuntut setiap hak para kaum tertindas
Cucuran keringat membasahi jalanan
Dibawah teriknya matahari
Agama jadi taruhan demi menikmati dunia
Menimbun harta sedikit demi sedikit

Kemudian kemana kami harus berpijak
Kala dunia tak lagi bersahabat
Sang saka pergerakkan berkibar penuh makna
Satukan barisan dan teriakkan suara kaum tertindas
Kan ku buat senyuman itu luntur menjadi tangisan kekecewaan
Tegakkan kembali agama yang telah kau jadikan alas kaki

Berdzikirlah..
Berfikirlah..
Beramal salehlah..

Minggu, 12 April 2015

Aku Mencintaimu Karena-Nya


"Ada orang yang mencintai seseorang dengan cara mendekatinya dan ingin selalu berdua. Namun, ada pula yang mencintai seseorang dengan cara diam.

Mungkin aneh, karena jika seseorang mencintai seseorang lainnya, maka akan mengungkapkan dan berhubungan lebih dekat dengan orang tersebut. Ini kok malah diam, menghindar dan pergi.

Iya, ini lah caraku mencintaimu. Kau bisa bilang ini aneh. Tapi inilah sebenarnya :

Aku menjauh darimu, karena aku takut jika dekat dengan dirimu iman kita jatuh kedalam kemaksiatan.

Aku pergi darimu bukan berarti aku ini benci. Namum inilah caraku mencintaimu. Aku mendekat dulu pada-Nya. Aku percaya, jika memang kita di takdirkan untuk bersatu, kita akan bertemu dengan cara-Nya.

Aku diam padamu bukan berarti aku tak ingin dekat. Aku dan kamu tak perlu dekat sebelum disatukan. Biar do'a-do'a kita saja yang mendekat. Merayu-rayu pada-Nya agar disatukan. :') Inilah caraku mencintai-Mu karena Allah.

Diamku bukan karena aku benci, tapi karena aku mencintaimu karena-Nya." 

-Henny Wahyu-

Sabtu, 11 April 2015

Sajak Rindu

Dalam malam temaram ku terdiam, memendam rindu yg bersatu padu tanpa ragu di Qolbu
Dalam sujud, menguap rasa sekuat asa yg bercerita tentang kisah yg belum pernah ku temui sebelumnya
Terbesit akan sosokmu, sosok yang kan menuntunku tuk menggapai RidhoNya hingga membawaku menuju JannahNya
Tak mungkin ku menjerit memanggil nama mu di keheningan malam, karena nama mu saja belum ku tahu
Tak mungkin ku memecah waktu tuk menyapamu, krna ku jg belum tau dimanakah dirimu berada
Satu hal yang ku tau, bahwa Allah telah menyiapkan engkau sebagai pelengkap separuh agama ku kelak
Kaulah yang bertanggung jawab atas diriku di hadapan Allah kelak dan mjd penanggung sgala urusan dunia dan akhirat ku
Hanya dzikir yang ku lantunkan sebagai syair rindu, dan doa yg ku panjatkan sbgai pelebur rasa
Ingin ku selami lautan rindu bersama dengan Rahmat Nya, melebur dalam ke RidhoanNya
Namun ku redam segala rasa, ku bungkam segala Rindu agar tak bergemuruh
Ku takut gemuruhnya rindu ini melenakan ku akan semua perintah Rabb ku
Kewajiban ku terhadap Rabb ku adalah menjaga hati ini agar Rindu pdmu tak melebihi kerinduanku pada Rabb ku
Dalam kerinduan, terkadang ku bertanya "apa kabarkah dirimu ??, dimanakah saat ini kau berada ?"
Terkadang ku berfikir "Apakah kita akan bertemu di subuh nanti ? mengajakku bertafakur dan bersujud kepada Nya ?"
Apakah kita saling menyulam doa, merenda harap di atas kesucian Kasih Nya ??
namun ku sadar, belum lah waktunya untuk kita bertemu tuk menyatukan ucap rindu
Maka ku titipkan Rindu ini pd Sang Pemilik Rindu sejati, biar rasa ini menguap bersama doa tulus ke dlm dekapanNya
Hingga akhirnya di pertemukan di suatu angka yg tak pernah terbaca oleh jarum jam, tp mampu di baca oleh deru rindu ini
Angka yang akan meleburkan rindu ini di hadapan Allah SWT beserta para makhluk lain di atas ikatan suci
Nantilah aku dg berbagai kebaikan yg nantinya akan membawa Rahmat utk kita bersama
Dengan cintaNya yg cahya mentari menerpa hangat tubuh kita, muarakanlah rindu ini pada sang Pemegang Rindu yg hakiki.

@ManJaddaWaJadaa on Twitter

Getaran Jiwa

Air mata menetes dan terus menetes
Sungguh tak bisa ku bendung lagi
Sedih.. sungguh perasaan itu kian membelenggu
Teringat senyum tersungging dari wajah mereka
Kala luka gores di torehkan sang sedarah
Kemana hatinya?
Begitu hinakah kami?
Mengapa semua mempermasalahkan
Bukanakan sang penerus harus tau
Keringat membasahi baju mereka
Mengumpulkan receh demi receh
Kesana kemari untuk mencari penyambung nyawa
Aku bukan meratapi itu semua
Tapi…. Andai takdir ini mampu ku ubah saat ini juga
Bukan mereka yang mau seperti itu
Sudahlah, itu hanya hinaan penggerak untukku
Bukan saatnya untuk bermain
Dunia akan ada pada genggamanku
Takkan ku biarkan sumpah serapah mereka terdengar lagi
Tidak! Bahkan belum saja dunia ku miliki mreka berludah
Hujan yang turun memang akan membasahiku
Tapi tidak kala pelangi menampakkan dirinya
Basahku bukan masalah
Ingatlah, roda itu berputar
Kini mungkin kau jadikan dunia ini surgamu
Tapi mampukah kau terus ada disana?
Jangan acuhkan kami seperti itu
Sungguh kami bukan pengemis
Sedarah, rasanya itu sudah sirnah
Sang pencipta tau menempatkan kasih sayangnya
Kepada mereka yang tetap bermunajat kepadanya
Apakah akan tetap disana
Atau bahkan akan melangkahkan kaki menjauh
Ini bukan akhir dari segalanya
Ludahmu tetap pada muka kami
Dunia terasa lebih bermakna jika seperti itu
Hingga kau sadar luka batin yang telah kau torehkan
Dan sampailah pada saat kau anggap kami benar-benar ada